Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 April 2012

RESUME BUKU “METODE DAN ANEKA TEKNIK ANALISIS BAHASA” Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik


RESUME BUKU
“METODE DAN ANEKA TEKNIK ANALISIS BAHASA”
Pengantar  Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik









Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah ‘Metode Penelitian Linguistik’
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Sumarlam, M.S.
Semester: VI


Oleh:
DWI MARYANI      C0109009
NUR YUDIYANTI  C0109029


JURUSAN SASTRA JAWA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
            Hal-hal yang terkait dengan metode dan aneka teknik analisis bahasa adalah sebagai berikut: (1) Kurun Kegiatan Penelitian Bahasa, (2) Puncak Tahap Penelitian Bahasa, (3) Pengertian Metode dan Teknik Dalam Rangka Analisis Bahasa. Tiga konsep tersebut merupakan suatu konteks yang  diharapkan dapat menunjukkan kejelasan metode dan teknik analisis yang akan dibicarakan di bawah ini.

1. Kurun Kegiatan Penelitian Bahasa
            Kegiatan penelitian bahasa ini terbagi ke dalam dua kurun proses besar, yaitu:
(a.) Kurun Pencarian/ Penemuan Masalah (terkait dengan ihwal kekaburan fenomen lingual bagi peneliti), (b.) Kurun Pemecahan Masalah (terkait dengan kegenahan fenomen lingual bagi penutur. Yang dimaksud masalah adalah suatu fakta lingual yang disebut “Objek/ Sasaran Penelitian/ Gegenstand”. Kemudain fenomen  yang dimaksud terdiri dari tiga aspek, yaitu: bentuk, makna dan hubungan antar fenomen.
            Dalam kurun penemuan masalah ini, dikatakan selesai dan telah menemukan masalah apabila ‘menemukan beberapa atau berbagai sosok fenomen terdapat kekeburan yang tebal’. Pada saat itu, peneliti tidak tahu lagi perbedaan, kesamaan, atau hubungan antar fenomen yang ada. Dan peneliti telah yakin bahwa fenomen tersebut tetap genah kejatiannya masing-masing. Genah, berarti tertentu adanya bagi si penutur dan tertentu pula tempatnya di antara hal-hal lain yang relevan yang disadari oleh si penutur yang sama. Hal ini menyebabkan peneliti harus memasuki kurun kedua, yaitu kurun pemecahan masalah. Dalam kurun kedua ini, sang peneliti berusaha memahami (untuk dirinya sendiri) dan menjelaskan (kepada orang lain) ihwal apa yang kabur, baik bagi dirinya sendiri sebagai peneliti bahasa, maupun bagi peneliti yang lain.



2. Kurun Penemuan Masalah: Tahap-Tahap dan Upayanya
            Dalam upaya menemukan masalh kebahasaan yang akan diteliti itu, berdasarkan tahap-tahap yang akan dilalui bergantung pada besar kecilnya atensi dan luas sempitnya pengetahuan, pandangan dan wawasan sang peneliti terhadap bidang kebahasaan yang digeluti.
            Tahap pertama; “Tahap Perangsang Masalah”, hal ini bersentuhan dengan fenomen peristiwa penggunaan tertentu bahasa objeknya. Fenomen tersebut menimbulkan daya tariok tersendiri bagi peneliti.
            Tahap Kedua; “ Tahap Merangsang Masalah”, yaitu peneliti sengaja memperhatikan fenomen yang diperkirakan bersifat problematis. Sehingga dari sikap reseptif  menjadi aktif, dari ‘terbangkit perhatiannya’ menjadi ‘membangkitkan perhatiannya sendiri’.
            Tahap ketiga; “Tahap Mencari Tahu Hal-Hal Terkait dengan Fenomen”, hal-hal tersebut yang sudah mendapat perhatian khusus dari sang peneliti dan dapat dicari informasinya dari bacaan, hasil diskusi, konsultasi dan faktor lain yang sejenis. Dalam tahp ketiga ini, panjang-pendeknya tergantung pada faktor internal (dalam diri peneliti: kejiwaan dan kesehatan) juga faktor eksternal (dari luar diri peneliti: waktu, tempat, dan sarana finansial).
            Tahap keempat; “Tahap Merumuskan Masalah”, merupakan tahap akhir perumusan masalah yang berbentuk pertanyaan yang mapan dan jawaban sementara yang hipotesis.

3. Kurun Pemecahan Masalah: Tahap-Tahap dan Upayanya
            Dalam upaya memecahkan masalah, si peneliti harus melalui tahap-tahap, sebagai berikut:
3.1. Tahap Penyediaan Data:
Penyediaan merupakan upaya sang peneliti menyediakan data secukupnya. Data, sebagai fenomen lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud. Data yang demikian itu, substansinya dipandang berkualifikasi valid/  sahih dan reliable/ terandal. Data harus tercukupi secara layak baik dalam hal jumlah maupun dalam hal jenis tipenya.
      Tahap ini dikatakan selesai, apabila pencataatan atasnya pada kartu data dan klasifikasi kartu datanya telah selesai dilakukan. Dalam pencatatan dapat menggunakan salah satu dari transkripsi berikut: (a) Transkripsi fonetis (masalah kefoneman), (b) Transkripsi Fonemis (masalah kemorfeman), (c) Transkripsi Ortografis (masalah kefrasaan, keklausaan, kekalimatan dan sejenisnya).
3.2. Tahap Analisis Data:
Analisis, merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Tindakan pengamatan diikuti langsung dengan ‘membedah’ atau mengurai juga memburai masalah yang berssangkutan dengan cara-cara tertentu yang khas.
Tahap ini dikatakan telah berakhir bila, kaidah yang berkenaan dengan objek yang menjadi masalah itu telah ditemukan. Kaidah yang dimaksud terdiri dari tiga aspek, yaitu:
(a) Lingkup Jangkauan (domain, ranah), yaitu berlakunya kaidah (yang dibatasi/ dikendalai oleh contraint-nya),
(b) Macam, jenis atau tipenya (ada berapa macam),
(c) Hubungan Pendasaran antar Kaidah (kaidah pokok atau kaidah dasar).
Dalam hal kaidah yang ditemukan tersebut, rumit dan banyaknya kaidah bukan jamian dan bukan merupakan ukuran, dimana tahap analisis ini dapat dihentikan. Yang terpenting, adalah kaidah sudah ditemukan walaupun sedikit dan sederhana. Begitu juga dalam hal penelitian dikatakan baik, adalah berdasarkan pemilihan dan penentuan pokok masalahnya.
3.3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data:
Penyajian merupakan upaya sang peneliti menampilkan dalam wujud ‘laporan’ tertulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah. Kaidah yang telah ditemukan disajikan dengan cara tertentu dengan harapan sidang pembaca yang seminat (peer group-nya) dapat mengetahui secara cepat seluk beluk dengan tiga macam aspek di atas.
Hal tersebut dapat mempermudah pemanfaatan lebih jauh, pemanfaatan dimaksudkan adalah untuk pembandingan dengan kaidah lain mengenai fenomen yang berbeda demi pengembangan teori linguistik atau demi penajaman metode linguistik serta demi pembangkitan inspirasi dan minat ke penjelajahan masalah-masalah baru.

4. Tahap Analisis: sebagai Tahap Puncak Penelitian
            Tahap ini merupakan tahap puncak dari semua penelitian, karena tahap ini menentukan dapat ditemukan atau tidaknya kaidahyang menjadi sumber sekaligus titik sasaran obsesi setiap penelitian.
            Dengan ditemukannya kaidah yang dimaksud, maka fenomen yang tampak sebagai masalah dan menjadi sasaran objek penelitian dapat langsung dijelaskan. Sehingga sebaliknya, jika tidak ditemukan kaidah yang dicari, maka setiap masalah akan tetap jadi masalah dan penelitian tetap tidak terselesaikan dan harus terus dilanjutkan. 

5. “Metode” dan “Teknik” sebagai Konsep Kunci
            Kedua istilah “metode” dan “teknik” digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Metode adalah cara yang dilaksanakan. Sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Dan sebagai car, kejatian teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai.
            Untuk mendapatkan benda arkeologis yang terpendam dalam tanah, banyak metode yang bisa dilakukan antara lain : Orang mengerahkan kekuatan dirinya dengan konsentrasi dan meditasi yang suntuk, sehingga mucullah benda yang diinginkan itu. Menggali tanh yang bersangkutan dengam menggunakan alat misalnya cangkul, linggis, sangkur, dll. Tindakn mencangkul, melinggis dll itu disebut teknik. Dengan demikian sebuah metode dimungkinkan terwujud menjadi beberapa teknik.
            Alat merupakan pennetu kejatian teknik, pemilihannya yang tepat bergantung pada sifat data yang akan ditangani dan dianalisis. Pemilihan alat menggali tanah tergantung dari bagaimana jenis dan sifat  tanah tersebut.

6.  “Teknik” dan “Kiat”
            Kiat sebagaimana halnya teknik, merupakan cara pula. Namun, kiat lebih tidak terkait pada alat-alat yang harus sesuai dengan sifat objek penelitian itu melainkan lebih terkait pada sifat dan kemampuan penelitinya. Kiat adalah cara subjektif seseorang peneliti tertentu untuk melaksanakan, menerapkan, atau memanfaatkan teknik yang secara objektif harus dipilih. Misalnya sang pencangkul tertentu yang arkeolog itu dapat menggunakan kiatnya tersendiri yang berbeda dengan kiat pencangkul lain yang juga arkeolog. Hal ini sesuai dengan sifat sang pencangkul yang bersangkutan da dengan kadar kemampuannya dalam menggunakan dan menggerakkan cangkul pilihannya.

7.  Catatan Peristilahan
            Dalam menyifati tahap-tahap dalam kurun pemecahan masalah, tahap penyediaan data sering pula disebut tahap pengumpuln data. Penyebutan yang populer semacam itu tidak di kuti di sini karena ada lima alasan yang mendasar, antara lain :
1.      Istilah pengumpulan tidak menunjukkan secara eksplisit tujuan kegiatannya. Kata mengumpulkan tidak mencerminkan aspek tujuan khusus. Padahal istilah penyediaan cukup eksplisit menunjukkan tujuannya. Kata menyediakan pasti terkait dengan aspek tujuan khusus (menyediakan X untuk/bagi Y tertentu).
2.      Istilah pengumpulan hanya mengacu pada bagian awal dari proses kegiatan menyediakan data. Dalam tahp penyediaan data sekurang-kurangnya ada tiga kegiatan :
a.       mengumpulkan yang ditandai dengan pencatatan.
b.      pemilihan dan pemilah-milahan dengan dengan membuang yang tidak diperlukan.
c.       penataan menurut tipe atau jenis terhadap apa yang telah dicatat, dipilih, dan dipilah-pilahkan itu.
3.      Istilah pengumpulan mengandaikan apa yang dikumpulkan adalah segala sesuatu yang sudah ada. Bahasa adalah segala perkataan yang sudah dikatakan.
4.      Dengan istilah penyediaan dan bukan pengumpulan tersarankan adanya tahap kelanjutan yang lebih bermakna dalam kurun pemecahan masalah karena benar-benar dikehendaki yaitu tahap terpenuhinya tujuan penyediaan itu yang tidak lain adalah tahap analisis.
5.      Kiblat atau orientasi yang bersifat diametral istilah pengumpulan berkibla atau berorientasi ke belakng sedangkan istilah penyediaan berkiblat atau berorientasi ke depan adalah lambang yang tepat untuk pemajuan dan peningkatan manfaat ilmu pengetahuan khususnya linguistik.

Sementara itu, tahap analisis pun sering pula disebut tahap pengolahan. Namun tidak disebutkan di sini alasannya ialah menghindari kesan yang terlalu inderawi. dengan alasan semacam itulah istilah analisis data yang dipakai dan dipertahankan disepanjang buku ini, tanpa memberkan peluang istilah pengolahan sebagai alternatif. Dengan demikian bagi siapapun yang yang telah berkenan memanfaatkan konsep-konsep metodologis yang pernah saya kemukakan, menyesuaikannya pula dengan istilah yang dikemukakan dalam buku ini untuk konsep yang sama merupakan sikap dan tindakan yang sangat saya anjurkan.

















DAFTAR PUSTAKA

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitan Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar