RESUME BUKU
“METODE DAN ANEKA TEKNIK ANALISIS BAHASA”
Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistik
Disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah ‘Metode Penelitian Linguistik’
Dosen Pengampu: Prof. Dr.
H. Sumarlam, M.S.
Semester: VI
Oleh:
DWI MARYANI C0109009
NUR YUDIYANTI C0109029
JURUSAN SASTRA JAWA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Hal-hal yang
terkait dengan metode dan aneka teknik analisis bahasa adalah sebagai berikut:
(1) Kurun Kegiatan Penelitian Bahasa, (2) Puncak Tahap Penelitian Bahasa, (3)
Pengertian Metode dan Teknik Dalam Rangka Analisis Bahasa. Tiga konsep tersebut
merupakan suatu konteks yang diharapkan
dapat menunjukkan kejelasan metode dan teknik analisis yang akan dibicarakan di
bawah ini.
1. Kurun Kegiatan
Penelitian Bahasa
Kegiatan penelitian
bahasa ini terbagi ke dalam dua kurun proses besar, yaitu:
(a.) Kurun Pencarian/ Penemuan Masalah (terkait dengan ihwal kekaburan fenomen lingual bagi
peneliti), (b.) Kurun Pemecahan Masalah (terkait dengan kegenahan fenomen lingual bagi penutur. Yang dimaksud masalah adalah suatu fakta lingual yang
disebut “Objek/ Sasaran Penelitian/ Gegenstand”.
Kemudain fenomen yang dimaksud terdiri dari tiga aspek, yaitu: bentuk,
makna dan hubungan antar fenomen.
Dalam kurun
penemuan masalah ini, dikatakan selesai dan telah menemukan masalah apabila
‘menemukan beberapa atau berbagai sosok fenomen terdapat kekeburan yang tebal’.
Pada saat itu, peneliti tidak tahu lagi perbedaan, kesamaan, atau hubungan
antar fenomen yang ada. Dan peneliti telah yakin bahwa fenomen tersebut tetap
genah kejatiannya masing-masing. Genah, berarti
tertentu adanya bagi si penutur dan tertentu pula tempatnya di antara hal-hal
lain yang relevan yang disadari oleh si penutur yang sama. Hal ini menyebabkan
peneliti harus memasuki kurun kedua, yaitu kurun pemecahan masalah. Dalam kurun
kedua ini, sang peneliti berusaha memahami (untuk dirinya sendiri) dan
menjelaskan (kepada orang lain) ihwal apa yang kabur, baik bagi dirinya sendiri
sebagai peneliti bahasa, maupun bagi peneliti yang lain.
2. Kurun Penemuan Masalah:
Tahap-Tahap dan Upayanya
Dalam upaya menemukan masalh
kebahasaan yang akan diteliti itu, berdasarkan tahap-tahap yang akan dilalui
bergantung pada besar kecilnya atensi dan luas sempitnya pengetahuan, pandangan
dan wawasan sang peneliti terhadap bidang kebahasaan yang digeluti.
Tahap pertama; “Tahap Perangsang
Masalah”, hal ini bersentuhan dengan
fenomen peristiwa penggunaan tertentu bahasa objeknya. Fenomen tersebut
menimbulkan daya tariok tersendiri bagi peneliti.
Tahap Kedua; “ Tahap Merangsang
Masalah”, yaitu peneliti sengaja memperhatikan fenomen yang diperkirakan
bersifat problematis. Sehingga dari sikap reseptif
menjadi aktif, dari ‘terbangkit
perhatiannya’ menjadi ‘membangkitkan perhatiannya sendiri’.
Tahap ketiga; “Tahap Mencari Tahu
Hal-Hal Terkait dengan Fenomen”, hal-hal tersebut yang sudah mendapat perhatian
khusus dari sang peneliti dan dapat dicari informasinya dari bacaan, hasil
diskusi, konsultasi dan faktor lain yang sejenis. Dalam tahp ketiga ini,
panjang-pendeknya tergantung pada faktor internal (dalam diri peneliti:
kejiwaan dan kesehatan) juga faktor eksternal (dari luar diri peneliti: waktu,
tempat, dan sarana finansial).
Tahap keempat; “Tahap Merumuskan
Masalah”, merupakan tahap akhir perumusan masalah yang berbentuk pertanyaan
yang mapan dan jawaban sementara yang hipotesis.
3. Kurun Pemecahan
Masalah: Tahap-Tahap dan Upayanya
Dalam upaya memecahkan
masalah, si peneliti harus melalui tahap-tahap, sebagai berikut:
3.1. Tahap Penyediaan Data:
Penyediaan merupakan upaya sang peneliti menyediakan data secukupnya. Data, sebagai fenomen lingual khusus
yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud. Data yang
demikian itu, substansinya dipandang berkualifikasi
valid/
sahih dan reliable/ terandal.
Data harus tercukupi secara layak baik dalam hal jumlah maupun dalam hal jenis
tipenya.
Tahap ini
dikatakan selesai, apabila pencataatan atasnya pada kartu data dan klasifikasi
kartu datanya telah selesai dilakukan. Dalam pencatatan dapat menggunakan salah
satu dari transkripsi berikut: (a) Transkripsi fonetis (masalah kefoneman), (b)
Transkripsi Fonemis (masalah kemorfeman), (c) Transkripsi Ortografis (masalah
kefrasaan, keklausaan, kekalimatan dan sejenisnya).
3.2. Tahap Analisis Data:
Analisis, merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung pada data. Tindakan pengamatan diikuti langsung dengan ‘membedah’
atau mengurai juga memburai masalah yang berssangkutan dengan cara-cara
tertentu yang khas.
Tahap ini dikatakan telah berakhir bila, kaidah yang
berkenaan dengan objek yang menjadi masalah itu telah ditemukan. Kaidah yang
dimaksud terdiri dari tiga aspek, yaitu:
(a) Lingkup Jangkauan (domain, ranah), yaitu berlakunya kaidah
(yang dibatasi/ dikendalai oleh contraint-nya),
(b) Macam, jenis atau tipenya (ada berapa macam),
(c) Hubungan Pendasaran antar Kaidah (kaidah pokok atau
kaidah dasar).
Dalam hal kaidah yang ditemukan tersebut, rumit dan
banyaknya kaidah bukan jamian dan bukan merupakan ukuran, dimana tahap analisis
ini dapat dihentikan. Yang terpenting, adalah kaidah sudah ditemukan walaupun
sedikit dan sederhana. Begitu juga dalam hal penelitian dikatakan baik, adalah
berdasarkan pemilihan dan penentuan pokok masalahnya.
3.3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data:
Penyajian merupakan upaya sang peneliti menampilkan dalam wujud ‘laporan’
tertulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah.
Kaidah yang telah ditemukan disajikan dengan cara tertentu dengan harapan
sidang pembaca yang seminat (peer group-nya)
dapat mengetahui secara cepat seluk beluk dengan tiga macam aspek di atas.
Hal tersebut dapat mempermudah pemanfaatan lebih jauh, pemanfaatan dimaksudkan adalah untuk
pembandingan dengan kaidah lain mengenai fenomen yang berbeda demi pengembangan
teori linguistik atau demi penajaman metode linguistik serta demi pembangkitan
inspirasi dan minat ke penjelajahan masalah-masalah baru.
4. Tahap Analisis: sebagai
Tahap Puncak Penelitian
Tahap ini merupakan tahap
puncak dari semua penelitian, karena tahap ini menentukan dapat ditemukan atau
tidaknya kaidahyang menjadi sumber sekaligus titik sasaran obsesi setiap
penelitian.
Dengan ditemukannya
kaidah yang dimaksud, maka fenomen yang tampak sebagai masalah dan menjadi
sasaran objek penelitian dapat langsung dijelaskan. Sehingga sebaliknya, jika
tidak ditemukan kaidah yang dicari, maka setiap masalah akan tetap jadi masalah
dan penelitian tetap tidak terselesaikan dan harus terus dilanjutkan.
5. “Metode” dan “Teknik” sebagai Konsep Kunci
Kedua istilah
“metode” dan “teknik” digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda
tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Metode adalah cara yang
dilaksanakan. Sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Dan sebagai
car, kejatian teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai.
Untuk mendapatkan
benda arkeologis yang terpendam dalam tanah, banyak metode yang bisa dilakukan
antara lain : Orang mengerahkan kekuatan dirinya dengan konsentrasi dan
meditasi yang suntuk, sehingga mucullah benda yang diinginkan itu. Menggali
tanh yang bersangkutan dengam menggunakan alat misalnya cangkul, linggis,
sangkur, dll. Tindakn mencangkul, melinggis dll itu disebut teknik. Dengan
demikian sebuah metode dimungkinkan terwujud menjadi beberapa teknik.
Alat merupakan
pennetu kejatian teknik, pemilihannya yang tepat bergantung pada sifat data
yang akan ditangani dan dianalisis. Pemilihan alat menggali tanah tergantung
dari bagaimana jenis dan sifat tanah
tersebut.
6. “Teknik” dan “Kiat”
Kiat sebagaimana
halnya teknik, merupakan cara pula. Namun, kiat lebih tidak terkait pada
alat-alat yang harus sesuai dengan sifat objek penelitian itu melainkan lebih
terkait pada sifat dan kemampuan penelitinya. Kiat adalah cara subjektif
seseorang peneliti tertentu untuk melaksanakan, menerapkan, atau memanfaatkan
teknik yang secara objektif harus dipilih. Misalnya sang pencangkul tertentu
yang arkeolog itu dapat menggunakan kiatnya tersendiri yang berbeda dengan kiat
pencangkul lain yang juga arkeolog. Hal ini sesuai dengan sifat sang pencangkul
yang bersangkutan da dengan kadar kemampuannya dalam menggunakan dan
menggerakkan cangkul pilihannya.
7. Catatan Peristilahan
Dalam menyifati
tahap-tahap dalam kurun pemecahan masalah, tahap penyediaan data sering pula
disebut tahap pengumpuln data. Penyebutan
yang populer semacam itu tidak di kuti di sini karena ada lima alasan yang
mendasar, antara lain :
1. Istilah pengumpulan
tidak menunjukkan secara eksplisit tujuan kegiatannya. Kata mengumpulkan tidak mencerminkan aspek
tujuan khusus. Padahal istilah penyediaan
cukup eksplisit menunjukkan tujuannya. Kata menyediakan
pasti terkait dengan aspek tujuan khusus (menyediakan
X untuk/bagi Y tertentu).
2. Istilah pengumpulan hanya mengacu pada bagian awal
dari proses kegiatan menyediakan data. Dalam tahp penyediaan data
sekurang-kurangnya ada tiga kegiatan :
a.
mengumpulkan
yang ditandai dengan pencatatan.
b.
pemilihan dan
pemilah-milahan dengan dengan membuang yang tidak diperlukan.
c.
penataan menurut
tipe atau jenis terhadap apa yang telah dicatat, dipilih, dan dipilah-pilahkan
itu.
3. Istilah pengumpulan
mengandaikan apa yang dikumpulkan adalah segala sesuatu yang sudah ada. Bahasa adalah segala perkataan yang sudah dikatakan.
4. Dengan istilah penyediaan
dan bukan pengumpulan tersarankan
adanya tahap kelanjutan yang lebih bermakna dalam kurun pemecahan masalah
karena benar-benar dikehendaki yaitu tahap terpenuhinya tujuan penyediaan itu
yang tidak lain adalah tahap analisis.
5. Kiblat atau orientasi yang bersifat diametral istilah pengumpulan berkibla
atau berorientasi ke belakng sedangkan istilah penyediaan berkiblat atau
berorientasi ke depan adalah lambang yang tepat untuk pemajuan dan peningkatan
manfaat ilmu pengetahuan khususnya linguistik.
Sementara itu,
tahap analisis pun sering pula disebut tahap pengolahan. Namun tidak disebutkan di sini alasannya ialah
menghindari kesan yang terlalu inderawi. dengan alasan semacam itulah istilah
analisis data yang dipakai dan dipertahankan disepanjang buku ini, tanpa
memberkan peluang istilah pengolahan sebagai alternatif. Dengan demikian bagi
siapapun yang yang telah berkenan memanfaatkan konsep-konsep metodologis yang
pernah saya kemukakan, menyesuaikannya pula dengan istilah yang dikemukakan
dalam buku ini untuk konsep yang sama merupakan sikap dan tindakan yang sangat
saya anjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa,
Pengantar Penelitan Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar